Paprika merupakan flora hortikultura yang relatif gres dikenal oleh masyarakat Indonesia.  Penggunaan paprika sampaumur ini umumnya masih sebagai peyedap atau komponen kuliner luar negeri, ibarat cah paprika dan paprika cam­pur sosis.  Paprika segar kerapkali juga dijadikan salad.

Paprika mempunyai volume ekspor yang besar dan stabil, yaitu ke Negara Taiwan, Brunai Darus-salam, dan Singapura.  Hal ini berarti paprika mempunyai prospek cerah.  Peluang pasar di dalam negeri dan luar negeri masih terbuka lebar.

Penanaman paprika terus dikembangkan sebab adanya usul pasar yang terus meningkat.  Di pusat produksi paprika, ibarat Cimahi, petani paprika belum bisa memenuhi seluruh usul pasar.  Di samping itu, peningkatan kebutuhan pasar luar negeri juga semakin meningkat. Salah satu eksportir sayuran (PT. Prestasi Agro Indonesia) menyatakan bahwa dalam waktu satu minggu  mereka harus menyediakan 10 ton paprika segar.  Hingga dikala ini kebutuhan tersebut masih belum sanggup dipenuhi.  Dengan adanya pasar yang jelas, maka usahatani paprika tidak akan mengalami kerugian.  Di samping itu, harga paprika juga relatif lebih tinggi dibandingkan harga cabai lainnya. 

Paprika sulit dibudidayakan secara konvensional di tanah sebab sulitnya teknik pelaksanaannya, contohnya bedengan perlu disterilkan de-ngan memasukkan uap air ke dalam bedengan selama delapan jam dengan suhu 75oC. Budidaya secara hidroponik merupakan cara yang bisa dilaksanakan untuk mengatasi hambatan budidaya secara konvensional. Naungan (greenhouse) mutlak dibutuhkan untuk penanaman paprika di animo hujan. (Prihmantoro dan Indriani, 2003).  Tanaman paprika merupakan jenis cabai yang lebih sulit dibudidayakan dibandingkan cabai rawit, cabai merah, cabai keriting dan cabai-cabai hias yang lain (Harjono, 1996), sehingga paprika banyak diusahakan secara hidroponik.  Dengan perawatan intensif satu flora paprika pada sistem hidroponik sanggup menghasilkan 2,5 kg buah/ tanaman, sedangkan jikalau ditanam di tanah hanya menghasilkan 1 kg buah/tanaman.

Konsentrasi nutrisi sangat memilih berhasil atau tidaknya budidaya paprika secara hidroponik. Petani hidroponik di Belanda selalu mengubah konsentrasi nutrisi secara teratur yang diubahsuaikan dengan varietas flora dan lingkungan setempat. Panduan pemupukan hidroponik hanya sebagai patokan dasar  (Untung, 2000).

Nutrisi A & B mix merupakan nutrisi siap pakai untuk aneka macam jenis tanaman.  Kepekatan atau konsentrasi nutrisi ini perlu diubahsuaikan dengan varietas, daerah, iklim, dan media. Konsentrasi nutrisi tidak bisa distandarkan/disamakan. Pada setiap situasi dan kondisi yang berbeda harus dicari konsentrasi yang optimal bagi tanaman.

Tahap Penanaman Paprika
1.Persiapan Media Persemaian
Media semai terdiri atas adonan pasir, sekam bakar, dan pupuk sangkar dengan perbandingan 1:1:1.
2.  Fumigasi Greenhouse
Kegiatan fumigasi dilakukan satu ahad sebelum bibit ditanam, sesudah polibag diletakkan di dalam greenhouse. Fumigasi (dari bahasa Inggris fume yang berarti asap), ialah sebuah metode pengendalian hama memakai pestisida. Dalam proses ini, sebuah area akan secara menyeluruh dipenuhi oleh gas atau asap, membunuh semua hama didalamnya. Metode ini sanggup membunuh hama yang hidup di dalam struktur bangunan, contohnya rayap.
3.  Persemaian
Benih direndam selama 20-24 jam, kemudian benih dikecambahkan. Sebelum benih disemai, media di dalam pot disiram dengan air hingga lembap dan dibentuk lubang di tengahnya sedalam 4 cm.
4.  Penyusunan Polibag
5.    Penanaman (perlakuan) dan Pemasangan Tiang Standar dan Label.

Media arang sekam disiram hingga lembap de-ngan nutrien  sebanyak 2 liter. Kemudian serpihan tengah media dilubangi sebesar ukuran polibag bibit yang akan ditanam. Bibit siap ditanam. Dripper ditancapkan ke bersahabat batang tanaman. Pemasangan tiang standar  dilakukan pada setiap flora sampel
6.  Pembuatan Sistem Irigasi
Pemberian larutan nutrisi ke flora meng-gunakan sistem irigasi tetes. (Drip Irigation System).  Caranya selang utama diberi beberapa lubang kecil berjarak 35 cm kemudian diberi pentil pada setiap lubang untuk tempat sambungan selang cabang. Setelah itu selang utama disam-bungkan ke klep (valve) yang terpasang pada sisi bawah ember, sedangkan ujung lainnya disumbat.  Ember diletakkan di atas meja atau rak khusus yang tingginya 1 meter dari lantai kemudian selang diletakkan pada posisi datar dengan memakai kayu Selang kecil dipasang pada pentil pipa dan ujung selang dipasang dripper modifikasi.
7.  Penyiraman dan Pemupukan ( Perlakuan)
Penyiraman dilakukan setiap hari antara pukul 07.30-16.30.  
8.  Pemeliharaan
Pembentukan dan pemilihan batang produksi, pengajiran dan pelilitan pewiwilan dan perompesan. pemberantasan hama dan penyakit.

Sumber : Yusniwati,  Irfan Suliansyah, dan Heni Dayati, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang, 2004.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top