Panen dan pengolahan hasil panen kelapa Sawit

Proses Panen Kelapa Sawit
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya menjadi masak 5-6 bulan sesudah penyerbukan. 

Proses pemasakan buah kelapa sawit sanggup dilihat dari penyerbukan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah menjadi merah jingga waktu buah telah masak. 

Pada dikala itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai tandannya. Hal ini disebabkan dengan istilah membrondol.

Penen pada flora kelapa sawit mencakup pekerjaan memotong pada tandan buah masak, memungut brondolan dan system pengangkutannya dari pohon ke Tempat pengumpulan hasil (THP) serta ke pabrik. 

Dalam pelaksanaan pemanenan, perlu diperhatikan beberapa criteria tertentu alasannya ialah tujuan panen kelapa sawit ialah memperoleh produksi yang baik dengan memperoleh produksi yang baik dengan rendeman minyak yang tinggi. 

Karean kualitas minayk sangat dipengaruhi oleh cara pemanenannya, maka criteria penen yang menyangkut matang panen, cara dan alat panen, rotasi dan system panen, serta mutu panen harus diikuti.

Kriteria matang panen
kriteria panen merupakan  indikasi yang sanggup membantu pemanen semoga memotong buah pada dikala yang tepat. Kriteria umum untuk tandan buah yang sanggup dipanen yaitu menurut jumlah brondolan yang jatuh. 

Untuk memudahkan pengamatan buah, maka digunakan kriteria berikut:

- Tanaman denagn umur kurang dari 10 tahun jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir.
- Tanaman denagn umur lebih dari 10 tahun, jumlah  brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.

Namun, secara simpel digunakan suatu hukum umum yaitu pada setiap 1 kg Tandan Buah Segar (TBS) terdapat daunbrondolan yang jatuh.


Cara panen
Cara pemanenan  buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen  yang sempurna memiliki sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal. 

Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free fatty (ALB atau FFA). Hal itu tentu akan banyak merugikan alasannya ialah pada buah yang terlalu masak sebagian akndunagn minyaknya menjelma ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Lagi pula,  buah yang terlalu masak  lebih gampang terjangkit hama dna penyakit. 

Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB nya rendah.

Sebaiknya pemanena dilakukan terhadap semua tandan buah yang telah matang. Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara penen yang umum dilakuakan oleh perkebunana kelapa sawit di Indonesia. 

Untuk flora yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok denagn alat dodos. Sedangkan flora dengan ketinggaj 5-10 m dipanen dengan cara bangun dan memakai alat kampak siam. 

Cara egrek digunakan untuk pemanenan flora dengan tinggi diatas 10 m, dengan alat arit bergagang panjang (egrek).

Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun menyangga buah dipotong terlebih dahulu. Pelepah yang telah dipotong kemudian diatur rapi ditengah gawangan. 

Untu mempercepat proses pengeringan serta pembusukan, maka pelepah-pelepah daun sebaiknya dipotong-potong menjadi 2-3 bagian. Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. 

tandan buah yang dipotong diletakkan teratur dipiringan dan brondolan yang jatuh dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih, tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Tandan buah dan brondolan kemudian dikumpulkan di TPH.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top