Salam sahabat hidroponik se-Indonesia, supaya kita semakin baik mengolah sayuran dengan hidroponik. Sadar atau tidak, ketika semakin banyak orang menanam sayuran hidroponik di kebun mereka sendiri, mereka ikut andil dalam memajukan pertumbuhan ekonomi tanah air tercinta ini. Semakin banyak orang memproduksi masakan mereka sendiri, harga-harga sayuran holtikultura di pasar-pasar tradisional maupun pasar modern sanggup ditekan. Semoga Yang Mahakuasa memperlihatkan fasilitas ekonomi tanah air kita tercinta ini.
Sering muncul pertanyaan oleh pecinta dan pe-hobi hhidroponik, apakah perlu memakai greenhouse untuk naungan/atap, ataukah hal itu tidak perlu digunakan. Sebelum kita jawab perlu ataukah tidak perlu memakai greenhouse, mari kita cari tahu resiko dan laba masing-masing.

Keuntungan hidroponik tanpa atap/ greenhouse
Murah! Ya tentu saja, ketika kita menanam tanpa greenhouse kita bisa memangkas biaya pembuatan greenhouse. Mengingat mahalnya dan sulitnya konstruksi greenhouse yang beratapkan plastik UV, maka pembuatan greenhouse yang terbuka atasnya dan beratapkan langit, banyak dilakukan untuk menghemat biaya investasi. Makara pada lahan yang tersedia dibuatlah instalasi produksi dengan atap yang terbuka. Dengan demikian pembiayaan hanya tersangkut instalasi produksi saja, tanpa ada pengeluaran untuk menciptakan bangunan greenhouse-nya.
Resiko hidroponik tanpa atap/ greenhouse
Di lain fihak, timbullah beberapa risiko yang harus dihadapi, yang mungkin timbul, tetapi mungkin pula tidak! Banyak teman-teman pecinta hidroponik meng-upload foto-foto di dalam dan di luar negeri, di mana gully produksi berbaris rapih, dilakukan pada lahan terbuka tanpa ada peneduhan sedikit pun, tetapi terlihat pertanamannya mulus-mulus saja.

1. Intensitas cahaya yang tinggi mempengaruhi tanaman
Dengan tiada beratap, matahari di siang hari, di demam isu kemarau yang cerah, mungkin intensitasnya cahayanya mencapai 10.000 foot candles (atau 110.000 lux), akan merusak semua hormon tumbuh di tanaman, sehingga pertumbuhan akan stagnant, tidak bergerak. Jika derajat pertumbuhan = 0, maka tumbuhan tidak akan berpenampilan “robust”, gagah, melainkan kerdil dan tidak layak tampil! Dengan intensitas penyinaran yang tinggi, lettuce sering menjadi “getir”, pahit, terutama batangnya. Bagian tengah pucuk tajuk menjadi penggalan yang paling pahit, dan menimbulkan penolakan oleh konsumen.

Intensitas matahari yang tinggi rupa-rupanya merangsang pembentukan “alkaloid” yang tersa getir itu. Intensitas cahaya matahari yang intens, ditambah “exposure time” yang lama, menimbulkan lettuce berwarna hijau tua, sedangkan seyogyanya lettuce bernuansa hijau muda! Kecuali Romaine lettuce, yang memang berwarna hijau gelap. Dengan mengurangi asupan unsur hara Mg sebagai inti chlorophyl, bisa dihasilkan lettuce yang tidak terlampau hijau warnanya.
Intensitas cahaya matahari yang tinggi menimbulkan proses foto-sintesa asimilasi karbohidrat berjalan sangat tegas, sehingga terjadi karbohidrat banyak sekali, dan menimbulkan rasio C/N (karbohidrat/protein) sangat besar, dan tumbuhan cepat beralih ke fase generatif, dan menghasilkan tangkai bunga, disebut “bolting”, dan menurunkan harga penawaran di supermarket.

2. Resiko hama tumbuhan
Hujan yang sering membasahi daun, menimbulkan lettuce peka terhadap penyakit cendawan Cercospora, penyakit cendawan mata kodok, “frog eye disease”, menimbulkan lettuce tidak layak tampil, dan layak jual. Dengan meningkatkan asupan unsur hara Ca, P, K, Mg, dan mengurangi amonium, serangan ini bisa diperlunak.
Beda tempat, beda pula serangan hama dan jenisnya. Terkadang di suatu tempat menanam hidroponik tidak menemukan hambatan serangan hama yang merepotkan, tetapi banyak pula kawasan yang perlu penanganan khusus alasannya yakni serangannya yang hebat. Hal yang perlu diperhatikan jikalau tidak memakai naungan hidroponik yakni jeli dan teliti terhadap serangan hama. Ketika terdeteksi ada serangan hama, segera dilakukan penanganan , bisa juga dilakukan tindakan preventif sebelum hama menyerang, kita bisa memakai perangkap hama dan pengusir hama.

3. Sistem irigasi dikala hujan
Hidroponik tanpa naungan greenhouse memakai irigasi dengan gully, biasanya memakai talang atau pipa PVC, dimana terdapat lubang tanam yang menghadap ke atas. Lubang yang menghadap langit inilah akan menampung air hujan ketika turun. Hujan merupakan rahmat Yang Mahakuasa yang diturunkan dari langit.
Pemantauan tingkat keasaman air hujan (pH) di Indonesia dilakukan di 35 (tiga puluh lima) stasiun. Pengambilan sampel memakai metode Wet Deposition dan Wet & Dry Deposition dengan alat Automatic Rain Water Sampler (ARWS). Analisis sampel air hujan dilakukan di laboratorium kualitas udara BMKG dengan memakai alat ion chromatograph.
Pada bulan Nopember 2012, jumlah sampel air hujan yang diterima di Laboratorium Kualitas Udara berasal dari 31 (Tiga Puluh Satu) stasiun pengamatan hujan di Indonesia. Hasil analisis memperlihatkan bahwa tingkat keasaman (pH) air hujan di 27 kota berada dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) pH air hujan normal sebesar 5,6. Kondisi ini memperlihatkan bahwa hujan yang turun di 27 (dua puluh tujuh) kota tersebut bersifat asam.
Sumber http://sumurairhujan.blogspot.co.id


Hujan yang turun di tanah air kita mempunyai pH normal 5,6. pH ini sangat baik untuk menanam dengan hidroponik, alasannya yakni pada kondisi ini nutrisi tumbuhan gampang diserap tumbuhan untuk tumbuh. Namun resikonya yakni ketika hujan air yang masuk gully akan masuk juga ke penampungan yang sudah berisi nutrisi. Karena air bertambah, kadar nutrisi jadi menurun. Perlu dibuatkan sistem irigasi yang mengatur fatwa air dikala hujan dan irigasi dikala tidak hujan.

Keuntungan hidroponik dengan greenhouse
Bagaimana laba hidroponik dengan greenhouse? Tentu saja kebalikan dari resiko ketika kita memakai tanpa naungan. Dengan greenhouse, persoalan intensitas cahaya akan terkurangi oleh plastik UV. Masalah hama penyakit akan berkurang, alasannya yakni greenhouse menutup susukan masuk hama terbang maupun hama dari tanah. Masalah air hujan, greenhouse menahan air hujan dan tidak masuk ke penampungan.

Resiko hidroponik dengan greenhouse
Ya! Sudah tentu dengan greenhouse memerlukan investasi yang lebih besar, alasannya yakni perlu membangun konstruksi dan menutupnya dengan plastik UV.

Kesimpulan dari pertanyaan apakah perlu memakai greenhouse atau tidak? Jawabannya yakni tergantung pada anda sendiri. Ketika anda menentukan memakai greenhouse, anda harus siap dengan resiko biaya investasi yang tinggi. Sebaliknya, ketika anda menentukan tanpa greenhouse, anda harus selalu mengurangi resiko-resiko tumbuhan tanpa greenhouse. Anda perlu menaruh gully di erat pohon untuk mengurangi intensitas cahaya, perlu segera menindaklanjuti serangan hama, dan juga mengatur irigasi dikala hujan turun.
Demikian sobat hidroponik, supaya gosip ini membantu menambah wawasan anda. Selamat berhidroponik dan mari kita menjadi insan berdikari dan bisa memproduksi sesuatu yang bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top