Pohon Aren banyak tidak dikenal orang, padahal tumbuhan yang satu ini sangat besar keuntungannya bagi kehidupan manusia.
Pohon aren terkenal dengan penghasil gula dan tepung, padahal disamping itu banyak sekali manfaat tanaman aren dari mulai daun, batang, buah, bahkan pohonnya sendiri.
Pohon aren kini ini sangat jarang dan sulit ditemui, salah satu faktor penyebab langkanya pohon aren yaitu pertumbuhannya yang membutuhkan waktu lama untuk diambil hasilnya.
Maka tidak heran para pemilik pohon aren harus menunggu lama bahkan kurang lebih 10 tahun untuk mendapat hasil dari pohon aren tersebut.
Maka tidak heran bagi para petani pohon aren apabila tumbuhan mereka punah mereka aga kesulitan untuk mencari bibitnya lagi.
Menurut para pemilik pohon aren di beberapa tempat di pulau Jawa, bahwa penyebaran aren yang alami tidak dapat ditentukan oleh manusia, sebab pohon aren yang tumbuh alami kebanyakan tumbuhan tersebut tumbuh dari hasil kotoran Luak atau Musang, yang bijinya tidak hancur kemudian berkecambah dan tumbuh menjadi pohon aren.
Pohon aren, Arenga pinnata, yang dulu populer sebagai Arenga saccharifera, menyerupai pohon kelapa, Cocos nucifera.
Namun sosoknya lebih seram, sebab batangnya tidak higienis langsing tinggi semapai menyerupai batang kelapa, melainkan kotor penuh rambut hitam, bekas pelepah daun, atau paku-pakuan yang tumbuh “nebeng” padanya.
Namun untuk menjaga kelestarian tumbuhan tersebut sebenarnya kita dapat membudidayakannya, bahkan pada tahun 1978 Dinas Perkebunan Daerah Tasikmalaya sudah mulai membibitkan aren, dan karenanya sudah disebarluaskan di kalangan para petani aren.
Dan pada tahun 1987 Dinas Perkebunan Daerah Sukabumi mengikuti jejak Tasikmalaya. Bahkan sudah puluhan ribu bibit pohon aren hasil persemaian biji di kebun pembibitannya kini pun sudah tersebar ke banyak sekali desa tempat setempat.
Kunci keberhasilan berkebun aren terletak pada pembibitan. Tetapi perawatan yang teratur juga memegang peranan, di samping pengambilan hasil yang bijaksana supaya pohon tidak merana dan mati muda sebelum waktunya.
Permintaan pasar untuk mengekspor ijuk, gula enau, dan buah kolang-kaling makin mendorong kita untuk mengebunkan pohon ini.
Sumber: BERTANAM AREN. Penerbit: Penebar Swadaya
Kalau artikel ini bermanfaat bagi Anda, tolong share keteman anda melalui Facebook, google plus, atau twitter dengan cara mengklik tombolnya di kepingan bawah halaman ini. Terima kasih atas partisipasinya.
0 komentar:
Posting Komentar